Penerimaan terhadap diri sendiri adalah proses di mana seseorang merangkul dan menerima dirinya sepenuhnya, dengan segala kelebihan, kekurangan, sifat, dan pengalaman yang dimilikinya. Ini melibatkan kesadaran dan pengakuan terhadap identitas, nilai-nilai, kepercayaan diri, dan aspek-aspek unik lainnya yang membentuk diri seseorang.
Menerima diri sendiri melibatkan pengakuan dan penerimaan atas segala sisi diri, termasuk emosi yang bergejolak. Proses ini tidak selalu mudah, terutama saat emosi negatif atau kuat seperti amarah, kekecewaan, atau ketakutan muncul. Namun, meredam emosi yang bergejolak merupakan langkah kunci dalam penerimaan diri sendiri.
Perempuan sering diperintahkan untuk tetap tenang, terutama dalam situasi-situasi yang penuh tekanan atau konflik. Hal ini bisa membuat perempuan merasa terbatas dalam menyatakan diri atau ekspresi emosi yang sebenarnya, menyebabkan rasa frustrasi, dan bahkan mengganggu kesehatan mental mereka.
Tuntutan untuk selalu tenang juga dapat menghambat perempuan dalam proses penerimaan diri. Meredam emosi yang bergejolak, sementara juga berusaha memahami dan menerima sisi emosional yang kuat, bisa menjadi suatu konflik internal yang membebani perempuan.
Penting untuk mengubah pandangan masyarakat tentang ekspresi emosi perempuan, menghargai keterbukaan emosi sebagai sesuatu yang wajar, serta memberikan ruang bagi perempuan untuk merasa nyaman dalam menyatakan dan mengelola emosi mereka tanpa takut akan penilaian atau stigmatisasi. Dukungan sosial dan kesadaran akan pentingnya kesetaraan dalam berekspresi emosi dapat membantu dalam mengatasi struggle ini, memungkinkan perempuan untuk merasakan kebebasan dalam meredam dan mengelola emosi yang bergejolak.
By Zuraisa